JAKARTA - Aroma jengkol dan petai kerap menjadi perbincangan karena dianggap unik sekaligus ekstrem bagi sebagian orang. Meski begitu, dua bahan pangan ini tetap memiliki tempat istimewa dalam kuliner tradisional Indonesia dan Asia Tenggara.
Jengkol dan petai merupakan hasil alam yang sudah lama dikonsumsi masyarakat di kawasan tropis. Keduanya dikenal tidak hanya karena rasa, tetapi juga karena jejak aromanya yang kuat setelah disantap.
Jengkol berasal dari biji tanaman Archidendron pauciflorum yang tumbuh subur di wilayah Asia Tenggara. Sementara itu, petai dihasilkan dari tanaman Parkia speciosa yang juga banyak ditemukan di Indonesia.
Dalam berbagai hidangan tradisional, jengkol dan petai sering diolah menjadi menu favorit keluarga. Walaupun aromanya menyengat, penggemarnya tetap setia karena cita rasa yang khas.
Banyak orang bertanya-tanya mengenai penyebab di balik aroma kuat dari jengkol dan petai. Pertanyaan tersebut wajar mengingat efek baunya bisa bertahan cukup lama setelah dikonsumsi.
Secara alami, jengkol dan petai sebenarnya tidak langsung mengeluarkan aroma tajam ketika masih mentah. Bau menyengat baru terasa setelah keduanya diolah dan dikonsumsi oleh tubuh.
Penyebab Jengkol dan Petai Memiliki Aroma Khas
Jengkol diketahui mengandung senyawa sulfur yang disebut asam jengkolat atau jengkolic acid. Senyawa inilah yang menjadi faktor utama munculnya aroma menyengat serta bau urine setelah mengonsumsi jengkol.
Struktur kimia asam jengkolat tersusun dari dua molekul asam amino sistein. Kedua molekul tersebut terikat melalui satu gugus metil pada atom belerang.
Keberadaan senyawa sulfur tersebut membuat jengkol memiliki karakter aroma yang kuat. Aroma ini tidak hanya tercium di mulut, tetapi juga dapat terdeteksi dari urin.
Berbeda dengan jengkol, petai mengandung beberapa senyawa sulfur lain yang memicu bau tidak sedap. Senyawa tersebut antara lain hexathionine, tetrathiane, trithiolane, dan pentathiopane.
Kombinasi senyawa tersebut membuat petai memiliki aroma yang khas dan sulit dihilangkan. Bau ini sering kali muncul setelah proses pencernaan berlangsung di dalam tubuh.
Selain itu, petai juga kaya akan konsentrat asam amino tertentu. Asam amino ini dapat memicu pembentukan gas metana dalam sistem pencernaan.
Akibatnya, mengonsumsi petai kerap dikaitkan dengan bau kentut yang cukup menyengat. Hal inilah yang membuat sebagian orang enggan mengonsumsinya.
Meski aromanya kuat, jengkol dan petai tidak berbahaya bagi tubuh. Senyawa penyebab bau tersebut aman ketika tertelan dalam jumlah wajar.
Pada dasarnya, aroma menyengat baru muncul setelah proses metabolisme berlangsung. Bau tersebut kemudian memengaruhi napas dan urin pengonsumsinya.
Kondisi ini sering kali membuat orang merasa kurang percaya diri. Namun, efek tersebut bersifat sementara dan dapat diatasi dengan langkah sederhana.
Dampak Konsumsi Jengkol dan Petai bagi Tubuh
Setelah dikonsumsi, aroma jengkol dan petai dapat bertahan selama beberapa waktu. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme masing-masing individu.
Pada beberapa orang, bau dapat hilang lebih cepat. Namun, pada orang lain, aroma bisa bertahan lebih lama meski sudah membersihkan mulut.
Meski begitu, jengkol dan petai tetap digemari karena kandungan gizinya. Banyak orang menganggap manfaatnya sebanding dengan aroma yang ditimbulkan.
Konsumsi jengkol dan petai juga sudah menjadi bagian dari kebiasaan makan masyarakat. Dalam konteks budaya, aroma tersebut bahkan dianggap sebagai ciri khas.
Selama dikonsumsi secara wajar, jengkol dan petai tidak menimbulkan dampak berbahaya. Tubuh mampu memproses senyawa sulfur tersebut secara alami.
Yang perlu diperhatikan hanyalah efek samping berupa bau. Untuk itu, diperlukan cara efektif agar aroma tersebut tidak mengganggu aktivitas.
Cara Efektif Mengatasi Bau Jengkol dan Petai di Mulut
Bau mulut setelah mengonsumsi jengkol sering kali membuat orang merasa tidak nyaman. Namun, kondisi ini sebenarnya bisa diatasi dengan langkah sederhana.
Membersihkan mulut menjadi kunci utama untuk mengurangi aroma tidak sedap. Salah satu cara paling dasar adalah menyikat gigi setelah makan.
Menyikat gigi membantu membersihkan sisa jengkol atau petai yang menempel. Selain itu, kebiasaan ini juga menjaga kesehatan gigi dan gusi.
Tidak hanya gigi, lidah juga perlu dibersihkan secara menyeluruh. Sisa asam jengkol dapat menempel di permukaan lidah dan memicu bau.
Penggunaan alat pembersih lidah atau kerokan lidah sangat disarankan. Alat ini mudah ditemukan dan efektif mengangkat sisa kotoran.
Selain menyikat gigi dan lidah, obat kumur juga dapat menjadi solusi. Cairan obat kumur mampu menjangkau sela-sela gigi yang sulit dibersihkan.
Obat kumur membantu mengurangi partikel makanan yang tertinggal. Dengan demikian, aroma jengkol dan petai dapat berkurang secara signifikan.
Untuk hasil maksimal, pilih obat kumur dengan aroma mint, citrus, atau lemon. Aroma segar tersebut dapat membantu menetralkan bau tidak sedap.
Sebaiknya hindari obat kumur yang mengandung alkohol. Kandungan alkohol dapat membuat mulut kering dan memperparah bau.
Mengunyah permen karet bebas gula juga dapat membantu. Aktivitas ini merangsang produksi air liur yang berfungsi membersihkan mulut.
Air liur berperan penting dalam mengurangi sisa partikel makanan. Dengan meningkatnya produksi air liur, bau jengkol bisa lebih cepat hilang.
Selain itu, perbanyak minum air mineral setelah mengonsumsi jengkol atau petai. Air putih membantu membersihkan sisa aroma dari dalam mulut.
Minum air mineral juga mendukung proses pencernaan. Dengan pencernaan yang lancar, efek bau dapat berkurang lebih cepat.
Langkah-langkah tersebut dapat dilakukan secara sederhana dan praktis. Dengan begitu, kamu tetap bisa menikmati jengkol dan petai tanpa khawatir bau menyengat.