Nikel

Pergerakan Saham Perusahaan Nikel dan Arah Kebijakan Pemerintah Jadi Sorotan Investor

Pergerakan Saham Perusahaan Nikel dan Arah Kebijakan Pemerintah Jadi Sorotan Investor
Pergerakan Saham Perusahaan Nikel dan Arah Kebijakan Pemerintah Jadi Sorotan Investor

JAKARTA - Ketika indeks harga saham gabungan mencetak rekor tertinggi di kisaran 8.700, tidak semua saham bergerak seiring. Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk atau MBMA justru terlihat tertinggal dan seakan kehilangan daya tariknya.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan di kalangan pelaku pasar. Banyak investor menilai pergerakan MBMA belum mencerminkan potensi fundamental yang dimiliki perusahaan tersebut.

MBMA dikenal sebagai perusahaan nikel dengan cadangan terbesar. Namun, performa sahamnya belum sepenuhnya mengikuti euforia pasar saham nasional.

Analis menilai kondisi tersebut bersifat sementara. Potensi perubahan justru datang dari arah kebijakan pemerintah di sektor nikel.

Dalam kajian terbaru, sejumlah analis menyoroti peluang saham MBMA untuk bergerak lebih agresif. Salah satu pendorong utama dinilai berasal dari rencana intervensi kebijakan pemerintah.

Kebijakan tersebut berkaitan langsung dengan arah investasi dan pengelolaan industri nikel nasional. Langkah ini diyakini dapat berdampak signifikan terhadap kinerja emiten nikel.

Kebijakan Moratorium dan Dampaknya ke Industri Nikel

Berdasarkan riset Yuanta Sekuritas, pemerintah disebut berniat menerapkan moratorium investasi nikel. Kebijakan ini mencakup produk nickel pig iron dan nikel kelas 2 lainnya.

Selain itu, moratorium juga akan menyasar mixed hydroxide precipitate atau MHP. Nikel matte juga termasuk dalam cakupan kebijakan tersebut.

Tujuan utama kebijakan ini adalah meningkatkan nilai tambah nikel produksi Indonesia. Pemerintah ingin memastikan hilirisasi berjalan lebih optimal.

Yuanta menilai kebijakan tersebut tidak akan langsung mengerek harga nikel dunia. Salah satu alasannya adalah pengecualian bagi smelter yang sedang dalam tahap konstruksi.

Dengan adanya pengecualian tersebut, suplai nikel global tidak serta-merta berkurang. Dampak kebijakan ini diperkirakan akan terasa secara bertahap.

Dalam riset yang dirilis pada Minggu, 14 Desember 2025, Yuanta menjelaskan kondisi pasar nikel saat ini. Disebutkan bahwa harga nickel pig iron atau NPI tengah mengalami penurunan.

Penurunan harga NPI dinilai dipengaruhi oleh faktor musiman. Selain itu, kapasitas produksi juga akan bertambah dalam waktu dekat.

Beberapa fasilitas high pressure acid leach atau HPAL yang memproduksi MHP dijadwalkan beroperasi tahun depan. Tambahan kapasitas ini diperkirakan mencapai sekitar 500 ribu ton per tahun.

Prospek Jangka Panjang dan Harga Nikel

Meski dampak jangka pendek dinilai terbatas, Yuanta melihat prospek jangka panjang yang lebih menjanjikan. Pengetatan investasi smelter disebut sebagai langkah strategis.

Langkah tersebut diyakini mampu mengurangi banjir pasokan ke pasar nikel dunia. Dengan pasokan yang lebih terkendali, harga nikel berpeluang menguat.

Fokus utama kenaikan harga diperkirakan terjadi pada MHP. Produk ini merupakan material penting sebagai precursor baterai kendaraan listrik.

Permintaan MHP diproyeksikan terus meningkat seiring pertumbuhan industri kendaraan listrik global. Hal ini menjadi sentimen positif bagi emiten yang terlibat dalam rantai pasok tersebut.

Selain moratorium investasi, pemerintah juga disebut berniat membatasi produksi bijih nikel. Kebijakan ini bertujuan menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan.

Dengan pembatasan produksi, harga bijih nikel diperkirakan tetap berada di level premium. Yuanta memperkirakan harga bisa mencapai US$ 20 per ton.

Pada saat yang sama, kondisi pasar saat ini masih menunjukkan tekanan. Harga nikel secara umum tercatat turun sekitar 3 persen.

Meski demikian, penurunan harga tersebut tidak serta-merta menghilangkan daya tarik saham nikel. Banyak analis menilai valuasi saat ini justru membuka peluang investasi.

Saham Pilihan dan Strategi Investor

Yuanta menilai saham-saham nikel di Bursa Efek Indonesia masih menarik untuk dicermati. Salah satu saham yang menjadi sorotan utama adalah MBMA.

MBMA dipilih sebagai top pick di sektor nikel. Pertimbangannya mencakup kombinasi risiko dan peluang yang dinilai seimbang.

Analis melihat adanya potensi pembalikan kinerja keuangan MBMA. Faktor fundamental dan arah kebijakan menjadi katalis utama.

Selain MBMA, saham PT Trimegah Bangun Persada Tbk atau NCKL juga dinilai menarik. Emiten ini dikenal dengan nama Harita Nickel.

Yuanta menilai NCKL relatif aman di tengah volatilitas harga nikel. Hal ini karena NCKL merupakan salah satu pionir di industri pengolahan nikel Indonesia.

Pengalaman panjang di sektor hilirisasi menjadi keunggulan tersendiri bagi NCKL. Struktur bisnisnya dinilai lebih siap menghadapi fluktuasi pasar.

Meski prospek jangka panjang dinilai positif, Yuanta masih memberikan rekomendasi netral untuk sektor saham nikel. Sikap ini mencerminkan kehati-hatian terhadap kondisi pasar global.

Untuk saham MBMA, Yuanta memberikan rekomendasi buy. Target harga yang ditetapkan adalah Rp 750.

Target harga tersebut mencerminkan potensi keuntungan sekitar 40 persen. Angka ini dinilai menarik bagi investor dengan profil risiko menengah.

Sementara itu, saham NCKL juga direkomendasikan buy. Target harga yang ditetapkan berada di level Rp 1.500.

Rekomendasi ini menunjukkan keyakinan analis terhadap prospek kedua emiten. Namun, investor tetap diimbau mempertimbangkan risiko pasar.

Pergerakan saham nikel ke depan akan sangat dipengaruhi oleh implementasi kebijakan pemerintah. Selain itu, dinamika harga komoditas global juga menjadi faktor penting.

Dengan berbagai sentimen tersebut, saham MBMA dan NCKL menjadi perhatian utama pelaku pasar. Investor menanti momentum yang tepat untuk memanfaatkan potensi cuan dari sektor nikel.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index