Program Cek Kesehatan Gratis 2025 Ungkap Masalah Kurang Aktivitas Fisik

Rabu, 05 November 2025 | 15:57:21 WIB
Program Cek Kesehatan Gratis 2025 Ungkap Masalah Kurang Aktivitas Fisik

JAKARTA - Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 50,5 juta orang mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG) hingga Oktober 2025. Hasilnya menunjukkan masalah kurang aktivitas fisik sangat tinggi di kalangan orang dewasa, yakni mencapai 95,8 persen.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menekankan bahwa pencapaian ini menjadi tonggak penting upaya kesehatan nasional. Namun, data tersebut juga memberi peringatan serius bahwa pola hidup sehat harus menjadi prioritas bersama.

Program CKG dibagi menjadi dua kategori, yaitu CKG umum dengan 34,3 juta peserta dan CKG sekolah yang diikuti 16,2 juta peserta. Hal ini menunjukkan partisipasi masyarakat dari berbagai usia dalam pemeriksaan kesehatan awal.

Budi menegaskan bahwa CKG bukan sekadar pemeriksaan massal. Program ini juga menjadi instrumen strategis untuk deteksi dini dan tatalaksana awal penyakit agar mengurangi risiko komplikasi serius.

Temuan Masalah Kesehatan pada Dewasa

Berdasarkan data, kurang aktivitas fisik menjadi masalah utama orang dewasa, diikuti karies gigi 41,9 persen, obesitas sentral 32,9 persen, serta overweight dan obesitas 24,4 persen. Temuan ini menegaskan bahwa penyakit tidak menular masih menjadi ancaman utama bagi kelompok produktif.

Semakin dini penyakit ditangani, peluang sembuh dan mencegah komplikasi semakin besar. CKG menjadi salah satu langkah pemerintah untuk menekan risiko penyakit katastropik, kecacatan, dan kematian akibat gaya hidup tidak sehat.

Budi menambahkan bahwa tujuan CKG tidak hanya pada jumlah peserta. Lebih penting, hasil yang diperoleh digunakan untuk memperkuat kebijakan kesehatan, layanan medis, dan intervensi di masyarakat.

Hasil CKG akan menjadi dasar pengembangan strategi pencegahan penyakit tidak menular. Hal ini termasuk intervensi gaya hidup sehat seperti peningkatan aktivitas fisik dan perbaikan pola makan.

Kesehatan Anak dan Remaja

Data CKG juga menunjukkan masalah kesehatan pada bayi baru lahir, seperti risiko kelainan saluran empedu 18,6 persen, berat badan lahir rendah 6,1 persen, dan penyakit jantung bawaan kritis 5,5 persen. Temuan ini menjadi alarm untuk meningkatkan perhatian terhadap kesehatan ibu dan bayi sejak awal kehidupan.

Pada balita dan anak prasekolah, masalah gigi tidak sehat mencapai 31,5 persen, stunting 5,3 persen, dan wasting 3,8 persen. Masalah ini menandakan perlunya intervensi gizi, kebersihan, dan edukasi kesehatan sejak usia dini.

Di kalangan remaja dan pelajar, 60,1 persen tercatat kurang aktivitas fisik, karies gigi 50,3 persen, dan anemia 27,2 persen. Temuan ini menunjukkan pola hidup tidak aktif sudah terbentuk sejak usia muda dan memerlukan perhatian pendidikan kesehatan yang lebih intensif.

Budi menegaskan bahwa intervensi kesehatan sejak usia anak dan remaja penting untuk membentuk kebiasaan hidup sehat. Program sekolah dan komunitas dapat mendukung aktivitas fisik, pola makan seimbang, dan pemeriksaan kesehatan rutin.

Tantangan Kesehatan Lansia

Kelompok lansia pun menunjukkan tantangan serius, dengan 96,7 persen tercatat kurang aktivitas fisik dan 37,7 persen mengalami hipertensi. Temuan ini memperlihatkan perlunya program kesehatan yang khusus bagi lansia untuk menjaga mobilitas dan fungsi kardiovaskular.

Peningkatan aktivitas fisik dan pemantauan tekanan darah menjadi prioritas intervensi. Kementerian Kesehatan mendorong kerja sama puskesmas, tenaga kesehatan, dan pemerintah daerah dalam memberikan layanan preventif untuk lansia.

CKG bagi lansia menjadi langkah penting agar mereka tetap produktif dan terhindar dari komplikasi penyakit kronis. Intervensi dini dapat membantu menunda onset penyakit tidak menular serta meningkatkan kualitas hidup.

Selain itu, edukasi mengenai pola hidup sehat juga diberikan kepada keluarga dan masyarakat sekitar lansia. Tujuannya agar dukungan sosial turut memperkuat keberhasilan program kesehatan lansia.

Strategi Pemerintah Memperkuat Gaya Hidup Sehat

Budi menekankan bahwa hasil CKG akan digunakan untuk memperkuat kebijakan kesehatan nasional. Pemerintah ingin masyarakat tidak hanya sembuh dari penyakit, tetapi mampu menjaga kesehatan secara berkelanjutan.

Kolaborasi tenaga medis, tenaga kesehatan, puskesmas, dan pemerintah daerah menjadi kunci sukses program ini. Dukungan mereka memastikan layanan pemeriksaan, edukasi, dan intervensi kesehatan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Program CKG juga menjadi alat monitoring kesehatan masyarakat secara massal. Dengan data yang diperoleh, pemerintah dapat merancang strategi intervensi berbasis bukti yang tepat sasaran.

Budi menambahkan, aktivitas fisik dan pola hidup sehat harus menjadi agenda prioritas di seluruh lapisan masyarakat. Upaya ini akan membantu menurunkan prevalensi penyakit tidak menular dan meningkatkan kualitas hidup generasi produktif.

Kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup sehat menjadi faktor penting keberhasilan CKG. Edukasi berkelanjutan, dukungan keluarga, serta fasilitas kesehatan yang memadai akan memperkuat efektivitas program ini.

Pemerintah berharap, melalui CKG, masyarakat lebih termotivasi melakukan olahraga rutin, menjaga pola makan, dan rutin memeriksakan kesehatan. Intervensi ini diharapkan mengurangi angka penyakit kronis dan meningkatkan harapan hidup sehat bagi seluruh warga negara.

Program CKG menjadi salah satu contoh nyata strategi kesehatan preventif yang berbasis data. Keberhasilan ini dapat dijadikan model bagi upaya pencegahan penyakit tidak menular di masa mendatang.

Terkini

14 Aplikasi Gratis Belajar Bahasa Inggris 2025

Rabu, 05 November 2025 | 19:59:35 WIB

Cara Membatalkan Pesanan di Zalora, Mudah dan Praktis

Rabu, 05 November 2025 | 19:59:32 WIB

11 Cara Jitu Mengatasi Susah Tidur, Dijamin Ampuh!

Rabu, 05 November 2025 | 19:59:21 WIB