Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2025 Tembus Lebih Dari 5 persen

Selasa, 04 November 2025 | 12:08:53 WIB
Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2025 Tembus Lebih Dari 5 persen

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III/2025. Pemerintah cukup percaya diri pertumbuhan ekonomi akan berada di atas 5%, meski pergerakannya diprediksi tidak seatraktif kuartal II/2025 yang tercatat 5,12%.

Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan tren positif selama kuartal III/2025. Investasi tumbuh 13,9%, sementara ekspor tetap surplus meski sebagian dipengaruhi aktivitas frontloading akibat tarif impor Amerika Serikat.

Belanja negara menjadi sorotan karena realisasinya masih di bawah ekspektasi. Hingga September 2025, realisasi belanja mencapai Rp2.234,8 triliun atau 63,4% dari target APBN senilai Rp3.527,5 triliun.

Kinerja Investasi yang Mendorong Pertumbuhan

BKPM mencatat realisasi investasi kuartal III/2025 mencapai Rp491,4 triliun. Secara kumulatif Januari–September 2025, realisasi investasi mencapai Rp1.434,3 triliun atau 75,3% dari target Rp1.905,6 triliun.

Menteri Investasi Rosan P. Roeslani menekankan penyerapan tenaga kerja sebagai indikator penting. Pada kuartal III/2025, penyerapan tenaga kerja meningkat menjadi 696.478 orang, naik dari 665.764 orang di kuartal II/2025.

Investasi di luar Jawa tercatat lebih tinggi dibanding Jawa, masing-masing 54,1% dan 45,9%. Dari total realisasi investasi, Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp212 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp279,4 triliun.

Negara-negara seperti Singapura, Hong Kong, China, Malaysia, dan Amerika Serikat menjadi kontributor utama PMA. Singapura masih menempati posisi pertama dengan investasi US$3,8 miliar.

Kinerja Ekspor Nonmigas Terus Menguat

Total nilai ekspor Januari–September 2025 mencapai US$209,80 miliar, naik 8,14% dibanding periode sama tahun lalu. Nilai ekspor nonmigas mencatat kenaikan signifikan sebesar 9,57% menjadi US$199,77 miliar.

Sektor industri pengolahan menjadi pendorong utama ekspor nonmigas dengan kontribusi 12,58%. Komoditas yang meningkat antara lain minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, perhiasan, kimia dasar organik, serta semikonduktor dan komponen elektronik.

Ekspor nonmigas ke China mencapai US$46,47 miliar, naik 9,19% dibanding Januari–September 2024. Sementara itu, ekspor ke Amerika Serikat, ASEAN, dan Uni Eropa meningkat, tetapi ekspor ke India mengalami penurunan.

Pada September 2025, total ekspor mencapai US$24,68 miliar. Ekspor migas tercatat US$0,99 miliar, turun 13,61%, sedangkan ekspor nonmigas naik 12,79% menjadi US$23,68 miliar.

Logam mulia dan perhiasan mencatat kenaikan 168,57% dengan kontribusi 5,66%. Besi dan baja naik 23,67% dengan andil 2,48%, sementara lemak dan minyak hewani/nabati naik 18% dengan andil 1,7%.

Sektor industri pengolahan menjadi motor penggerak utama dengan kontribusi US$19,90 miliar dari total ekspor nonmigas. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang US$0,63 miliar, sedangkan pertambangan US$3,16 miliar.

APBN dan Stabilitas Fiskal

APBN sampai September 2025 mencatat defisit Rp371,5 triliun atau 1,56% dari PDB. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan bahwa pendapatan negara mencapai Rp1.863,3 triliun, setara 65% dari target Rp2.865,5 triliun.

Belanja negara mencapai Rp2.234,8 triliun, atau 63,4% dari target Rp3.527,5 triliun. Hal ini membuat defisit fiskal masih terkendali di 1,56% dari PDB, dengan keseimbangan primer sebesar Rp18 triliun.

Purbaya menekankan bahwa APBN tetap adaptif dan kredibel untuk menjaga keseimbangan antara dukungan pemulihan ekonomi dan kesinambungan fiskal jangka menengah. KSSK juga menilai koordinasi kebijakan antarlembaga memperkuat stabilitas sistem keuangan.

Manufaktur dan Konsumsi Tetap Menunjukkan Tren Positif

PMI manufaktur Oktober 2025 berada di level 51,2, lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya 50,4. Aktivitas manufaktur meningkat dari sisi produksi, pembelian, dan penyerapan tenaga kerja, didorong permintaan domestik.

Produsen menghadapi tekanan biaya bahan baku tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Namun, kenaikan harga dijaga tetap moderat agar daya saing harga tetap terjaga.

Beberapa produsen menambah kapasitas untuk memenuhi permintaan baru, sementara sebagian lain memanfaatkan stok lama. Volume produksi sedikit tertinggal, tetapi tren permintaan tetap positif.

Indeks penjualan ritel September 2025 naik 5,8% yoy, diikuti meningkatnya keyakinan konsumen terhadap perekonomian. Pemangkasan suku bunga acuan BI hingga 4,75% turut mendukung konsumsi dan investasi.

Proyeksi Kuartal IV dan Optimisme Pemerintah

Purbaya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025 mencapai 5,2% YoY. Stimulus APBN kuartal IV/2025 sebesar Rp34,4 triliun diarahkan untuk mendukung konsumsi dan produksi, sekaligus mempercepat implementasi program strategis.

Koordinasi kebijakan antarlembaga terus diperkuat untuk menghadapi risiko global. Penerapan tarif impor AS 19% menjadi salah satu risiko yang diantisipasi, disertai langkah-langkah koordinasi BI, OJK, dan LPS.

KSSK menyepakati sinergi antarlembaga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini diharapkan memperkuat stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan di kuartal IV/2025.

Pertumbuhan investasi dan ekspor yang kuat, dikombinasikan belanja APBN strategis, menunjukkan optimisme pemerintah. Aktivitas manufaktur dan konsumsi rumah tangga tetap menjadi penopang utama ekonomi Indonesia.

Dengan tren positif pada indikator utama, pemerintah optimistis pertumbuhan kuartal III/2025 akan menjadi landasan bagi pertumbuhan kuartal IV yang lebih tinggi. APBN, investasi, ekspor, dan manufaktur menjadi motor penggerak ekonomi nasional yang berkelanjutan.

Terkini

Aplikasi Jualan Online Tanpa Modal dan Stok Barang 2025

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

6 Kelebihan dan Kekurangan Bank BCA yang Perlu Diketahui

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

Apakah Barang di Zalora Original? Yuk Kita cari tahu!

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:33 WIB